Garis lurus – garis lengkung

Wednesday, April 13, 2005

Warning : Persiapkan diri anda untuk membaca tulisan berikut ini, karena banyak menggunakan asumsi geometric.

Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan dan tidak produktif. Sambil menunggu proses backup/restore data selesai, akhirnya saya coba nge-blog lagi setelah sekian lama diriku absen.
Saya teringat akan ucapan dosen saya tentang terminologi garis lurus dan garis lengkung. Jika di antara kedua titik dihubungkan dengan sebuah garis, jenis garis apakah yang akan menghubungkannya? Garis lurus-kah.. atau garis lengkung?

Mari kita cari jawabannya.

Pertama.
Jika garis tersebut (yang kebetulan dibuat dengan menggunakan penggaris yang lurus, heheh) adalah garis yang relatif pendek, maka jikadiamati dengan penglihatan biasa, mungkin jawabnya adalah garis lurus.

Kedua.
Seandainya garis tersebut merupakan garis yang relatif panjang, dan diteliti ditiap ruas garis tersebut, bahkan tiap titik-titik penyusun aris tersebut, sampai ke ukuran titik yang paling kecil (atau secara matematis dikenal dengan ‘discontinue’)maka kemungkinan besar akan dapat dijumpai bahwa sebenarnya garis tersebut tidak benar-benar lurus absolutely.

Ketiga.
Jika garis tersebut merupakan garis yang relatif panjang, dan kita hanya mengamati satu segment garis tertentu, maka jika segment garis tersebut merupakan garis lurus, belum tentu garis utamanya, secara keseluruhan adalah garis lurus.

Mungkin analogi ini dapat diperluas lagi yaitu: untuk meragukan dengan apa yang dapat kita lihat. Kita boleh percaya dengan apa yang kita lihat, tapi tidak seharusnya untuk mempercayainya 100 persen. Karena pada dasarnya kemampuan indera kita ada batasnya. Minimal dibatasi oleh dimensi waktu dan juga dimensi ruang.

Pada suatu waktu mungkin kita mengenal seseorang sebagai orang yang ‘bersih’. Seiring berjalannya waktu yang panjang, akhirnya kita tahu dengan sendirinya bahwa orang yang dimaksud tersebut tidak sebersih seperti penilaian kita dulu. Sewaktu kecil mungkin kita menyangka bahwa bumi yang kita injak ini adalah lurus — datar. Tapi seiring berjalannya waktu, dan juga karena semakin meningkatnya kemampuan analisa spacial kita, akhirnya kita percaya bahwa sebenarnya bumi ini tidaklah datar.

So, intinya: Jangan terlalu percaya dengan apa yang kita lihat atau ketahui. Karena bisa jadi yang ‘benar’ menjadi ‘salah’; yang kelihatannya positive ternyata negative, dan sebaliknya. (Bingung kan? 🙂

Juga jangan terlalu over (estimate/expected) ataupun terlalu under (estimate/expected) terhadap segala sesuatu. (.. hhm.. saya jadi kepingin nulis “malaikat buluk-gebleg-ancur vs setan top-uhuy-abis” .. tunggu aja kapan2 ya kalo sempet).

Juga ojo gumunan. Jangan mudah heran, takjub. Karena kalau saat ini anda belum dapat menangkap esensi dibalik hal yang anda kagumi-admired, tidak tertutup kemungkinan suatu saat di lain waktu dan juga lain tempat, anda menjadi bagian yang banyak orang kagumi. Dan yang dulu anda kagumi ternyata biasa aja .. ‘begitulah’ dan ecek-ecek.

Guys…, sebenarnya saya masih mau menulis lebih panjang lagi.. tapi saya harus kembali bekerja. So simpulkan sendiri ya..

Truth is beautiful, without doubt; but so are lies. – Ralph Waldo Emerson

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *