Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah (a.k.a Tanya Kenapa)

Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?

Tanya kenapa?Demikian mungkin pesan yang akan disampaikan iklan salah satu produsen rokok yang sering saya lihat di media. Iklan tersebut menggambarkan kecenderungan yang terjadi di birokrasi yang memberikan layanan masyarakat, yaitu mempersulit urusan yang seharusnya mudah, dan akibatnya membuka peluang untuk KKN.

Terlepas etis ngga eightis 🙂 nya praktik ini, sebenarnya menurut saya, tindakan tersebut sebagai usaha untuk mendapatkan keuntungan (tambahan?). Dan itu … ‘wajar’. Mungkin mirip dengan ungkapan “temen sih temen, saudara ya saudara, tapi bisnis tetap bisnis”. Begitu mungkin kira-kira tagline yang mestinya ditampilkan di semua kantor pemerintah. Semuanya memang pengen untung, bahkan lembaga, yayasan yang katanya ‘not for profit company’-pun tetap memerlukan revenue (setidaknya untuk mempertahankan keberadaan mereka). Itulah kenapa, sekolah-sekolah sekarang mahal biayanya. Cuma kita ngga tau apakah business entities tersebut tergolong ke dalam bussiness entities yang creates value atau sekedar rent seeker.

Value creation business created added value to all stakeholders, the company, the workers, management, vendors, creditors, shareholders. The capacity to create value is the attraction for all stakeholders to participate in the business process. On the other hand, the rent seeking businesses are drawing money and/or resources from the surrounding to the benefits of limited view without adding value to others.(-Berlian T.P. Siagian)

Kemarin, karena kebetulan sedang ada promosi, saya membeli sebuah printer Canon IP1200. Setelah sampai di rumah, dan ketika akan menginstallnya ke komputer, saya tidak menemukan adanya kabel yang menghubungkan device printer ke komputer (via USB port). Saya bongkar-bongkar lagi kardusnya dan akhirnya tahu bahwa kabel tersebut tidak disediakan. Biasanya, dulu (ngga tau ya kalau sekarang), setiap beli printer selalu dapat juga kabel-kabelnya, lengkap. Walaupun murah harga kabel tersebut (tadi beli di ratu plasa, seharga Rp 10 rb, untuk ukuran 1 meter), tetap saja hal tersebut sedikit merepotkan bagi yang tidak tahu kalau printer tersebut tidak dilengkapi kabel data.Yang kedua, printer sekarang sepertinya tidak menjual printer, melainkan tintanyalah yang mereka dijual. Itulah kenapa printer sekarang harganya semakin murah. Tadi saya sempat tanya harga sebuah cartridge printer, ternyata harganya hampir separuh harga printernya. Ini semua disebabkan sebagai akibat komponen ‘head’ printer sekarang didesain sedemikian rupa, sehingga dijual bersamaan dengan cartridge-nya. Hmm trik bisnis yang cerdik.

Saya tidak dapat menyimpulkan apakah hal ini sebagai creates value, yaitu dengan menjual printer dengan harga murah, sehingga saya mampu beli 🙂 , atau rent-seeker dengan menjual tinta (plus ‘head printer’ di cartridge-nya) dengan harga yang mahal.
Tanya kenapa?

Quotes of the day:

The sale begins when the customer says yes. – Harvey Mackay
If you don’t care, your customers never will. – Marlene Blaszczyk
They’ll treat the customers right and if customers are treated right they’ll come back. – J Marriot, Jr.

2 Comments

  1. Produsen printer memang memang menangguk untung di penjualan tinta.
    Karena memang konsumen kita kan jarang yg mikir sampe ke situ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *