Lengkap, haruskah?

Sebuah tulisan menempel di sebuah taxi. “T.LAMA” ! Demikian tulisan itu. Tentu banyak yang tahu, yang dimaksud adalah “Tarif Lama”. Lebih detil lagi, maksudnya adalah bahwa taxi tersebut menggunakan tarif lama. Ya, memang tulisan itu tentu tidak lengkap jika dilihat menggunakan EYD. Ngga ada subyek, ‘lama’ nya juga tidak jelas, dst.. (pulisieyd mungkin lebih tau). Tapi apakah penting, untuk menuliskannya lengkap? Apakah dengan lengkapnya tulisan, menjadikan taxi tersebut banyak mendapatkan penumpang. Tentu saja tidak. Hampir semua orang dapat menangkap pesan yang disampaikan. Meskipun ada juga yang memplesetkannya bahwa yang dimaksud dengan tarif lama, adalah baru duduk tarifnya seperti sudah lama. Tapi ada juga orang yang tidak memperhitungkan seberapapun besarnya tarif taxi. Yang penting bagi mereka adalah fungsinya. Toh bisa diklaim ke kantor.. hihihi..

Kasus “T.LAMA” tadi seperti bahasa iklan yang lain, yang tidak mementingkan kaidah bahasa atau apapun namanya (kecuali iklan layanan masyarakat, kali ya?), yang penting pesan yang hendak disampaikan mengena dan sampai di tujuan. Bahkan kadang mereka tidak memperhatikan logika, estetika, maupun “ka-ka” yang lain.

Beberapa contoh pengumuman atau pemberitahuan informasi yang tidak lengkap dan apa adanya di antaranya adalah :

  • “BARAT”. Tulisan yang tertempel di mobil omprengan gelap. (Maksudnya itu omprengan lewat / keluar tol bekasi barat)
  • “Dilarang berhenti di jalan tol kecuali petugas”. Ya..ya… semua orang adalah petugas. Saya kadang menjadi petugas ronda, kadang menjadi petugas pencari nafkah. (Kalau ditulis lebih lengkap pasti ngga kebaca).
  • “Belok kiri langsung”. Langsung apa nih? langsung belok apa langsung apa? (Masih ada ngga sih marka yang nulis gitu?)
  • “?” (Tanpa tanda petik dua). SMS terpendek yang pernah saya terima dari seorang teman, ketika saya lama tidak membalas SMS-nya, sementara dia butuh konfirmasi secepatnya.
  • “Apa lagi?” Kalau ini asli pertanyaan saya. Maksudnya masih ada lagi ngga yang bisa dimasukkan ke list ini.

Ya, kadang ‘tidak lengkap’ menjadikan sesuatu lebih unik dan diperlukan. Pas kerja bakti membuat panggung di acara 17-an, sayapun tampil tidak lengkap, alias sekedar menggugurkan kewajiban saja, yakni dengan setor muka sebentar dan pergi menjemput anak saya pulang dari TK, dan dilanjutkan dengan ngacir ke kampus menyelesaikan revisi tesis (horeee, bapaknya masih sekolah juga kayak anaknya). Dengan menghadirkan diri saya walaupun sebentar di kancah kerja bakti (asli kacau tulisannya), sebenarnya saya hendak menyampaikan mesej, bahwa saya peduli dengan acara tersebut. (Dan yang lain juga harus peduli, bahwa saya juga punya acara? hehehe).

Terlepas dari itu semua, banyak orang ingin segala sesuatu menjadi lengkap, menjadi sempurna. Apa iya bisa? Lha wong dirinya sendiri juga tidak sempurna. (Saya jadi teringat puisi yang judulnya “Bung, lihatlah panu di jaketmu”. Di mana ya puisi itu? Apa di majalah mahasiswa dulu ya? ) Tapi kalau ‘sempurna’ dijadikan suatu proses, saya sih setuju aja. Mungkin ini mirip dengan kebiasaan (atau mempunyai) selera tinggi, pingin selalu nomor wahid. Akibatnya tragis, bahkan dia tidak (atau kesulitan) mendapatkannya. Itulah sebabnya banyak yang jadi jomblo abadi, karena dia pengennya dapat pasangan yang hi-quality homok, eh jomblo. Heheh, kok jadi ngawur gini tulisannya.

Sebagai penutup tulisan, silakan baca arsip milis yang berisi tulisan jadul tentang ‘tidak indahnya kesempurnaan’ itu.

Nah kalau pengumuman ini, lengkap ngga?

  • Tidak ada gading yang tak retak
  • Ya, kamu dilarang komen kalo isinya garing
  • Silakan nge-junk di tempat lain (jangan di sini)

7 Comments

  1. hehehe di bis umum banyak tuh, jauh-dekat Rp 2000…
    apanya yg jauh-dekat? lucu tapi ternyata dimengerti orang…
    jadi penulis dan pembacanya sama² gagap kali ya :p

  2. saya setuju sama Junkerz, soalnya ngga kebayang aja kalo diperampatan jalan harus ditulis begini “Yang mau belok kiri silahkan belok kiri langsung, tanpa memperhatikan rambu lalu lintas, kecuali para bebek”. Lha apa ngga ngeganggu kendaraan yang ada di belakangnya karena kelamaan baca tulisannya.
    Eh…penggunaan EYD belum bener ya…hehehe….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *