Pangandaran, Juli 2006

Hari itu Senin, 17 Juli 2006 sekita jam setngah empat sore, di lantai sepuluh tempat saya bekerja, saya merasakan seperti ada gempa meskipun kecil. Ketika saya konfirmasi ke teman yang lain, mereka semua menyangkalnya. Ya sudah, saya pikir mungkin saya yang ngliyeng akibat ngantuk. Tapi ternyata ada gempa betulan.

Indonesia kembali berduka. Satu lagi musibah datang, yakni gempa dan disusul dengan tsunami di laut selatan jawa. Pangandaran merupakan daerah terparah kerusakannya akibat bencana tersebut. Sampai hari ini, sebanyak 200 orang lebih meninggal dunia.

Dibalik semua peristiwa, pasti ada hikmah yang dapat dipetik. Manusia memang harus terus berpikir dan berusaha untuk sebisa mungkin terhindar dari bencana. Terakhir, di suatu milis, ramai dibicarakan adanya ‘penemuan’ alat yang dinamakan alat anti gempa, dan juga seperti yang pernah ditulis oleh Rony. Terlepas dari benar-tidaknya berita dan alat tersebut, pada akhirnya semua kembali kepada kekuasaan dan kehendakNya.

Beberapa hari yang lalu, difooter suatu email, saya baca ada quote yang kurang lebih berbunyi: “Saya tidak selalu mendapatkan apa yang saya inginkan, oleh karena itu saya akan selalu menyayangi apa yang saya dapatkan.”
Semoga saya dapat selalu bersyukur dengan segala karuniaNya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *